KlinikStrokeNusantara.com

Selasa, 04 September 2012

Rasa Empati Calon Dokter Rendah

Semua Pasien Berhak Dapat Layanan Tuntas

JAKARTA, KOMPAS - Empati dan rasa kemanusiaan mahasiswa tahun pertama dan keempat Fakultas Kedokteran UI rendah. Itu hasil tes psikometri mengetahui kesesuaian kepribadian mahasiswa dengan karakteristik profesi dokter. 

"Program empati dan kemanusiaan perlu diformalkan dalam pendidikan kedokteran sehingga dokter yang dihasilkan tak hanya pintar, tetapi juga bisa melayani dengan hati," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia, Ratna Sitompul pada seminar Relevansi Jenjang Formal Pendidikan Kedokteran di Indonesia di Jakarta, Kamis (23/2).

Tes psikometri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menunjukkan, sebagian besar peserta tes yang merupakan mahasiswa tahun pertama dan keempat kurang rasa empati dan kemanusiaan.

"Ini bukan salah mahasiswa. Sebelum jadi mahasiswa kedokteran, mereka hidup di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Jika lingkungan sekitar tak mengajarkan dan melatih jiwa sosial dan kemanusiaan bagaimana mereka memiliki perasaan itu?" ujar Ratna yang juga Dekan FKUI.

Mengatasi itu, FKUI mengembangkan program Empati. Komunikasi dan Bioetika untuk Pengembangan Pribadi dan Profesi Kedokteran dalam konteks Humaniora. Salah satu cara, mewajibkan mahasiswa tahun pertama hingga ketiga menjadi relawan di RS Cipto Mangunkusumo.

Mereka wajib mendampingi pasien baru dari luar Jakarta, mulai menunjukkan unit-unit perawatan di RS hingga membantu mengurus administrasi pasien miskin. Mereka juga ikut kunjungan ke daerah mengetahui kondisi riil masyarakat dikaitkan persoalan sosial, budaya, dan psikologi masyarakatnya.

Komunikasi Penting

Ketua Program Subspesialis Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Sukman T Putra menambahkan, paradigma dokter dulu dan kini beda. Kini, dokter tak hanya dituntut mampu mengobati, tetapi juga mampu berkomunikasi, manajerial, peneliti, dan advokasi.

Pentingnya pendidikan humaniora bagi calon dokter diungkapkan anggota Panitia Kerja RUU Pendidikan Kedokteran Komisi X DPR, TB Dedy S Gumelar. Kegagalan dokter mengobati pasien karena dokter hanya memahami teknik pengobatan pasien, tetapi abai dengan sisi kemanusiaan pasien.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya M Zulkarnain menambahkan, pendidikan dokter harus holistik. Dokter tak hanya  memandang pasien hanya dari aspek fisik semata, melainkan juga mental, emosional, dan kondisi ekonominya untuk pengobatan yang tepat.  

"Semua pasien tanpa kecuali berhak mendapat pelayanan dan perawatan paripurna dari dokter dan penyelenggara jasa kesehatan lain," kata Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan dan Keprofesian. Ikatan Dokter Indonesia, Zubairi Djoerban. (MZW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar